Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label film. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Desember 2011

my top movies of 2009

Diposting oleh anindita di 14.02 0 komentar
(*) halaman ini di-copas dari blog lama, hihihi. sengaja supaya saya rajin nulis dan bisa ngeliat ke tahun-tahun di belakang.

tahun 2009 kemaren, saya sering banget ke bioskop. hehehe, jadi saya tiba-tiba aja berkeinginan untuk menuliskan list film-film yang paling saya sukai di sepanjang tahun lalu. dan ini bukan berdasarkan peringkat, cuman sesuai yang diinget aja. here we go..

1. AVATAR


Sebenarnya sih cerita film ini gak bagus-bagus amat. Sama kek Titanic yang bisa jadi skripnya cuman dari anak klub film di SMA. Tapi visual effectsnya memukau bener gitu lohh, faktor yang berkesan dari Avatar adalah bikinnya bener-bener niat. Dibilang film termahal sepanjang sejarah, ya kita tau sendiri duitnya lari kemana aja, dan hasilnya emang cakep. Dari segi akting, sedari awal nonton saya gak berekspektasi bakalan gimana..biasanya film-film yang menonjolkan visual effect punya kesan pemeran utama bisa dimainkan aktor siapa saja. Nah, nilai plus di film ini adalah dia memajang Sam Worthington. Menarik bukan??(pembaca menelan ludah). Apalagi film ini memperlihatkan perkembangan fisik Worthington selama berbulan-bulan di planet lain seperti facial hair dan rambut yang otomatis membuat saya bingung harus memilih di adegan dan bentuk wajah seperti apa Worthington keliatan paling cakep.

2. (500) Days of Summer



Jarang sekali saya menyukai suatu film dari genre romantis, tapi somehow ketika menonton film ini saya merasakan korelasi dengan tokoh Summer Finn. Labil, suka bersenang-senang, tidak mencari komitmen tapi butuh kasih sayang, xixixixi. Proses editing yang menarik dalam film ini membuat kita gak kehilangan trek dalam menyusuri 500 hari dalam kehidupan Tom sejak ia bertemu Summer sampai dia berhasil move on. Very lovely. Oh iya, ketimbang menyebutnya sebagai film romantis rasa-rasanya ini lebih pantes disebut film coming-of-age. Moving on is the hardest part, but so is finding true love.

3. The Damned United
Make way for Brian Clough..
Review is in previous page.

4. Watchmen


Saya suka banget sama ambience dan sinematografi film ini, mulai dari opening credit yang super keren, adegan funeral yang diiringi lagunya simon & garfunkel, tone warna yang suram, sampai karakterisasi yang jauh dari kesan superhero kebanyakan. Mereka adalah manusia biasa, dengan kemampuan berbeda-beda tanpa sumber daya asing. They're almost real, kecuali Dr. Manhattan tentunya, tapi saya menangkap esensi tokoh ini, dia menggambarkan keberadaan orang-orang yang didewakan karena kecerdasan atau kekuasaannya yang luar biasa. Lagian, mengingat ending dan sosok villain yang unpredictable (tapi endingnya sangat bagusss, saya terpukau), film ini tergolong berat untuk ukuran film superhero. Penuh muatan filosofis dan nudisme. Durasinya juga agak lama, dan hampir membosankan di tengah-tengah. Ngomong-ngomong, adegan dewasa di film ini terlalu lama deh menurut saya, toh gak memberikan dampak berarti kalo gak ditayangkan. Malah bikin ilfil.

5. Zombieland


Hello, ini sudah tahun 2009 dan masi ada film tentang zombie? Eh tapi kalau bukan karena trailernya yang keliatan kocak mengenai strategi menghadapi zombie saya juga gak bakal kepikir nonton film ini, apalagi waktu itu udah midnight hihihi. Dan hasilnya gak mengecewakan. Hilarious.

6. Garuda Di Dadaku



Ini film yang sangat lovable. Jarang-jarang ada film Indonesia yang penyampaiannya gak menggurui dan dialognya gak kesinetron-sinetronan meskipun udah bawa tema yang bagus. Tapi tetep aneh ngeliatin si kakek nyuruh cucunya les melukis dan drum dan gak bolehin sepak bola dengan alasan "itu gak menjamin masa depan kamu". Huwooo, kalo menurut saya melukis dan jadi drummer itu posisinya setara lo dalam hal ketidakpastian masa depan, main bola masi mending. Mungkin kalo si adek ceritanya dipaksa jadi PNS jatohnya kurang seru ya?

7. Whip It


Hey, who knows that a movie as cute as this one is directed by Drew Barrymore? Another best coming-of-age flick of the year, dengan munculnya bintang tamu mas Landon Pigg yang luar biasa luncang sebagai pacar si tokoh utama. Agak berbau female empowerment kata orang, tapi peduli setan yak, orang-orang suka membeda-bedakan genre berdasarkan tema gender deh. Habis nonton film ini saya jadi pingin bisa main sepatu roda..kalo cuma gedebak gedebuk fisik mah saya natural, hihi.

8. Inglourious Basterds

Cerita apa yang kamu harap dari film yang spellingnya aja ngaco gini? Mereka menulis ulang sejarah dengan ngaco - Hitler seenaknya diledakkan di dalam gedung bioskop. Namun selain sutradara kenamaan semacam Tarantino, yang paling mencuri perhatian adalah Hans Landa (dan sampai sekarang si aktor selalu saya identifikasi dengan nama ini), the Jew Hunter nan bengis yang suka minum susu dan diperankan dengan amat sangat brilian sekali sampai kamu lupa kalau ada Brad Pitt di frame yang sama. Brad Pitt who?? Well I don't fancy him but I must say that he's so damn good at picking movies. Every film he's starred in is unbelievably brills.

Senin, 22 November 2010

quick updates..

Diposting oleh anindita di 13.57 4 komentar
kehidupan saya akhir-akhir ini agak monoton: ngantor, nonton film, les, main FM. rencananya mau rajin nulis blog tapi akhirnya terbengkalai juga. baiklah, sedikit cerita dari hari-hari saya deh.

1. FM 2011
gameplay-nya lebih baik, walaupun dari segi penyusunan taktik jadi lebih rempong. saya berencana mem-post screenshots dari pertandingan saya (ehem, menang 4-0 dari MU lo) tapi gak bisa-bisa, hiks hiks. saya gak tau caranya deng, apa perlu pake software laen ya? dari segi pertandingan, karena saya memakai Liverpool, klub ini jadi luar biasa sekali. entah karena kebetulan taktik saya bagus atau karena settingannya lebih baik ya, dengan memakai formasi 4-2-3-1 (Torres jadi complete forward dan Gerrard jadi playmaker) dan kadang-kadang 4-4-2 (dengan N'Gog) saya sukses dong nyetak 99 gol dalam 1 musim Liga. dan semua itu gak pake load game berkali-kali. ketagihan banget, yang menyebalkan cuma pada musim pertama dana Liverpool cuma 1,5 juta doang, hiks hiks, mana bisa ngapa-ngapain. dan kedua, Skrtel jadi pribadi paling bermasalah di tim, gara-gara dia saya kehilangan Carragher (gak mau perpanjang kontrak) dan Agger unhappy melulu.


kelebihan: 1). penyusunan taktik bisa jadi merepotkan tapi begitu udah ketemu settingan yang cocok mulus sekali pergerakannya, ada juga yg namanya quick tactic di tengah-tengah pertandingan, jadi lebih simpel 2). backroom meeting membantu sekali!


kekurangan: agen pemain oh agen pemain, gara-gara kamu saya kehilangan Carragher... dan kejelekan private chat adalah, sekali kamu membuat seorang pemain terluka gara-gara salah komentar, sulit sekali memperbaiki keadaan.


2. Review film!

berikut sekilas film-film yang saya tonton beberapa hari ini:

Brideshead Revisited (2008)

Nontonnya di festival film Eropa. film ini diambil dari sebuah novel, dan isi ceritanya erat dengan pengaruh agama Katolik di sebuah keluarga aristokrat. akting ngondeknya Ben Whishaw dapeet banget, saking meyakinkannya saya sampe lupa dia yang maen di film Perfume. a decent adaptation, apalagi bagi saya yang lumayan suka film drama abad ke-18, film ini sebenarnya punya modal untuk jadi sangat-sangat bagus. ada Emma Thompson juga lo yang memang aktris senior. sayang eksekusinya kurang berhasil, kalo menurut saya sih ini gara-gara si Matthew Goode yang jadi tokoh utama datar banget aktingnya. alhasil, percuma banget Ben Whishaw bermain bagus, chemistry mereka tetap kosong. 

verdict: 7/10

The Social Network (2010)

oh, what can I say, film ini berisikan jajaran cast aktor-aktor muda berbakat dan sutradaranya adalah David Fincher (Fight Club, Se7en, The Curious Case of Benjamin Button). agak tumben yak gak ada Brad Pitt disini, hehehe. ceritanya tentang awal terbentuknya Facebook, pengkhianatan, sifat antisosial, dan jelas banget film ini sangat berkelas Oscar. di tiap interview mereka menekankan kalau beberapa bagian adalah fiksi, tapi saya sendiri gak tau bagian yang mana. jangan tanya soal akting deh, Jesse Eisenberg adalah pilihan yang bagus. tapi karena saya masih terbiasa melihat dia memerankan sosok nerd (Superbad, Zombieland) saya tidak menganggapnya luar biasa. well, aktingnya bagus, tapi dia memang cocok di peran semacam itu. yang luar bagi saya adalahhhh Andrew Garfield. liat deh sepanjang adegan di kantor Facebook dimana dia merasa dikhianati, awwww, jadi pingin segera menepuk pundaknya dan bilang "sabar ya...sini maen sama aku aja..". Justin Timberlake juga bagus lo ngomong-ngomong.
 

verdict: 9/10

Hot Tub Time Machine (2010)
dvd pertama yang saya beli gak bisa diputer, akhirnya baru bisa nonton kemaren. okelah, film ini tentang petualangan sekelompok om-om berusia pertengahan 30an dan seorang remaja 15 tahun yang terperosok ke dalam mesin waktu menuju tahun 1985. haruskah mereka mengulang kenyataan di masa sekarang atau mengubah masa lalu, dengan resiko si remaja itu jadi gak dilahirkan? well, film ini sedari awal memang gak berencana untuk jadi ilmiah. I mean, hot tub time machine? judulnya saja sangat bodoh. tapi dengan genre komedi, HTTM lumayan mengobati kerinduan pada masa-masa dimana MJ masih berkulit hitam, Poison masih digilai remaja, dan iklan MTV masih menampilkan David Bowie ice skating. tapi ya udah, selesai film kita sibuk lagi dengan kehidupan, gak menyisakan kenangan-kenangan lain untuk dibahas.
 

verdict: 5/10

Across The Universe (2007)
ugh, jarang ada film musikal yang membuat saya terpesona, selain Sweeney Todd. pasti gara-gara The Beatles-nya deh. saya berusaha melupakan perkataan teman saya yang memperingatkan kalau film ini sangat High School Musical, dan bener kan, gile aja loh bandingin ATU dengan HSM. kayak bandingin Fawad Khan dengan arab Atrium Senen dong, sama-sama arab tapi kan beda kasta. ceritanya biasa banget, cinta-cintaan gitu doang, karakter-karakternya juga kurang tergali, suara para aktor gak bagus-bagus amat, tapi visualisasi dan kemunculan setiap lagu terasa begitu pas. belum lagi Jim Sturgess ngomong pake logat Scouse dan punya poster This is Anfield di kamar, hmmm, oke itu memang kurang penting, tapi detil-detil lain sehubungan dengan The Beatles dimasukin juga. LSD, perang Vietnam, Max's silver hammer, yeah, walaupun itu tidak terlalu membantu plot cerita yang kurang kuat, serasa seperti terjemahan biasa dari lagu-lagu The Beatles. ngomong-ngomong, lagu cinta paling syahdu sepanjang hayat, Something, kalau dinyanyiin di momen yang bener (dan bukannya di inul vizta, oleh saya pula) emang jadi berkali-kali lipat lebih memukau ya?
 

verdict: as nonBeatlemania 6.5/10, as Beatlemania (and George Harrison-mania and Liverpudlian as well) 8/10

The Crazies (2010)
tadinya saya dan teman-teman berencana nonton film horor yang ada setan-setannya gitu lo, turns out ini film gak ada setannya sama sekali. humph, agak kecewa. eh, kembali ke reviu, film ini tentang perubahan yang terjadi pada penduduk sebuah kota kecil yang tadinya damai-damai saja tiba-tiba jadi pada kehilangan akal sehat, cenderung ingin membunuh dan menghancurkan. agak kurang greget in some ways, tapi sebagai sebuah film horor, tidak adanya karakter yang gengges harus diacungi jempol. ngomong-ngomong, yang jadi wakil sheriff di film ini (Joe Anderson) ternyata orang yang sama dengan yang jadi Max di Across The Universe. hihihi, ganteng lo ternyata.

verdict: 6.5/10

hmm, keliatannya ada 2-3 film lagi yang kemaren saya tonton, tapi saya lupa judulnya. selamat berakhir pekan, masi ada film-film lain menunggu di kosan.

Rabu, 10 November 2010

In The Name of God (2007)

Diposting oleh anindita di 15.48 4 komentar
Beberapa hari yang lalu saya nonton film ini di bioskop terdekat. Iyah, baru muncul sekarang. Judul aslinya Khuda Kay Liye, film Pakistan dan sempat ditayangkan di Jiffest tahun 2008. Saya gak ada ekspektasi apapun sebelum nonton ini, sekedar mencari hiburan, tapi teman saya ada yang berkata kalau film ini dapat sambutan cukup bagus. Oh well, akan saya bahas deh, berkesan juga soalnya.



Film ini mengisahkan kehidupan 3 orang. Mansoor (Shaan) dan Sarmad (Fawad Khan) yang merupakan 2 bersaudara penyanyi yang tinggal di Lahore, dan Mary (Iman Ali), seorang mahasiswi keturunan Pakistan yang tinggal dan dibesarkan di Inggris, dan ternyata masih sepupu dengan mereka. Masalah berawal ketika ayah Mary yang asli Pakistan dipergunjingkan di komunitasnya lantaran anaknya pacaran dengan pria Inggris. Dia sendiri tinggal serumah dengan wanita yang belum ia nikahi, tapi di sisi lain ia turut khawatir kalau pernikahan anaknya nanti akan menghasilkan keturunan non-Muslim. Sementara di Lahore, tepat ketika Mansoor dan Sarmad latihan untuk konser Tahun Baru, panggung mereka diserbu sekelompok Muslim garis keras (yea, kinda resembles FPI). Kedua hal inilah yang akhirnya mengubah kehidupan mereka sekaligus menjadi jalan utama cerita. Sarmad yang bisa dibilang masih ABG labil, penasaran dan berkenalan dengan seorang aktivis Islam senior di sebuah masjid (sebutannya Pak Kiai gitu di Indonesia). Ia kemudian menumbuhkan jambang, berhenti menyanyi, berhenti mengenakan jeans, menyuruh ibunya menutupi seluruh tubuh, ikut dalam kegiatan vandalisme, sampai ikut terlibat dalam latihan perang jihad di Afghanistan. Mary sendiri dijodohkan paksa dengan Sarmad semata-mata agar ia tidak menikahi pacarnya, sedangkan Mansoor yang lebih moderat, mengejar cita-citanya sekolah musik di AS, menikahi gadis lokal, dan berujung pada dituduhnya ia sebagai salah satu aktor di balik serangan 9/11.


Durasi film ini cukup panjang dan agak terasa lambat kadang-kadang, tapi banyak hal yang saya rasa bisa dipelajari. Sekali lagi kita dipertontonkan dengan tipikal AS, menuduh Islam dan penganutnya seenak hati, terutama setelah tragedi 9/11. Tapi di lain pihak, penganutnya juga dipertanyakan, sekuat apa kita dalam menganut agama? Mansoor jelas membela agamanya, ia mengutip serangan-serangan terhadap umat Islam yang seolah dibiarkan pihak lain, tapi ia tidak mampu menunjukkan kecintaannya lebih jauh. Ada adegan dimana si investigator menunjukkan kalimat Al Quran yang diselipkan ibunya dalam bandul kalung Mansoor. Mansoor tidak tahu apa makna kalimat itu meskipun ia bisa membacanya, dan si investigator pun bertanya "Bagaimana bisa kamu mempelajari suatu bahasa tapi tidak tahu artinya? Apa gunanya?"


Hal lain tentang Sarmad juga cukup berkesan. Ah, selain tentang betapa gantengnya si Fawad Khan yang memerankannya lo (saya selalu tersipu-sipu setiap kali dia muncul. guanteeenggg! apalagi pas udah brewokan!). Sutradara Shoaib Mansoor dengan jeli menanamkan pemahaman bahwa agama tidak hanya diserang dari luar, tapi juga dari dalam. Bukannya banyak pemuda seperti Sarmad (walaupun tidak semuanya ganteng)? Dicekoki pemikiran-pemikiran tertentu oleh orang yang diharapkan jadi panutan. Benar atau tidak perbuatan dia kita tidak tahu pasti, tapi yang mereka lakukan kadang meresahkan umatnya sendiri. Kemudian tentang peranan orang tua, dimana gak mungkin dong kita menuntut anak kita jadi muslim yang baik kalau kita bahkan tidak mendidiknya sesuai ajaran agama? Interpretasi ayat-ayat dalam kitab suci ini jadi tonggak cerita, dimana beberapa pihak membenarkan kekerasan dan pemaksaan, dan ada juga yang beranggapan "ah gak gitu juga gak papa kok". Well, kasus-kasus yang menarik menurut saya, cukup mencerahkan dan terasa orisinil tanpa kesan menggurui. Film ini menyerahkan keputusan di tangan kita dan tidak membuat misleading.

Fawad Khan yang ganteng.. Susah nyari foto yang dari arah depan..

Verdict: akting 7/10, storyline 8.5/10, ide 9/10. Agak sulit menemukan film Islam yang tidak berlebihan (i'm looking at you, film yang syuting di Mesir asli)

Kamis, 14 Januari 2010

My Top Movies of 2009

Diposting oleh anindita di 18.22 1 komentar
tahun 2009 kemaren, saya sering banget ke bioskop. hehehe, jadi saya tiba-tiba aja berkeinginan untuk menuliskan list film-film yang paling saya sukai di sepanjang tahun lalu. dan ini bukan berdasarkan peringkat, cuman sesuai yang diinget aja. here we go..

1. AVATAR

Sebenarnya sih cerita film ini gak bagus-bagus amat. Sama kek Titanic yang bisa jadi skripnya cuman dari anak klub film di SMA. Tapi visual effectsnya memukau bener gitu lohh, faktor yang berkesan dari Avatar adalah bikinnya bener-bener niat. Dibilang film termahal sepanjang sejarah, ya kita tau sendiri duitnya lari kemana aja, dan hasilnya emang cakep. Dari segi akting, sedari awal nonton saya gak berekspektasi bakalan gimana..biasanya film-film yang menonjolkan visual effect punya kesan pemeran utama bisa dimainkan aktor siapa saja. Nah, nilai plus di film ini adalah dia memajang Sam Worthington. Menarik bukan??(pembaca menelan ludah). Apalagi film ini memperlihatkan perkembangan fisik Worthington selama berbulan-bulan di planet lain seperti facial hair dan rambut yang otomatis membuat saya bingung harus memilih di adegan dan bentuk wajah seperti apa Worthington keliatan paling cakep.


2. (500) Days of Summer
 Jarang sekali saya menyukai suatu film dari genre romantis, tapi somehow ketika menonton film ini saya merasakan korelasi dengan tokoh Summer Finn. Labil, suka bersenang-senang, tidak mencari komitmen tapi butuh kasih sayang, xixixixi. Proses editing yang menarik dalam film ini membuat kita gak kehilangan trek dalam menyusuri 500 hari dalam kehidupan Tom sejak ia bertemu Summer sampai dia berhasil move on. Very lovely. Oh iya, ketimbang menyebutnya sebagai film romantis rasa-rasanya ini lebih pantes disebut film coming-of-age. Moving on is the hardest part, but so is finding true love.

3. The Damned United
Review is in another post! Hahahaha.

4. Watchmen
Saya suka banget sama ambience dan sinematografi film ini, mulai dari opening credit yang super keren, adegan funeral yang diiringi lagunya simon & garfunkel, tone warna yang suram, sampai karakterisasi yang jauh dari kesan superhero kebanyakan. Mereka adalah manusia biasa, dengan kemampuan berbeda-beda tanpa sumber daya asing. They're almost real, kecuali Dr. Manhattan tentunya, tapi saya menangkap esensi tokoh ini, dia menggambarkan keberadaan orang-orang yang didewakan karena kecerdasan atau kekuasaannya yang luar biasa. Lagian, mengingat ending dan sosok villain yang unpredictable (tapi endingnya sangat bagusss, saya terpukau), film ini tergolong berat untuk ukuran film superhero. Penuh muatan filosofis dan nudisme. Durasinya juga agak lama, dan hampir membosankan di tengah-tengah. Ngomong-ngomong, adegan dewasa di film ini terlalu lama deh menurut saya, toh gak memberikan dampak berarti kalo gak ditayangkan.


5. Zombieland
Hello, ini sudah tahun 2009 dan masi ada film tentang zombie? Eh tapi kalau bukan karena trailernya yang keliatan kocak mengenai strategi menghadapi zombie saya juga gak bakal kepikir nonton film ini, apalagi waktu itu udah midnight hihihi. Dan ternyata filmnya gak mengecewakan, hilarious and unexpectedly funny.

6. Garuda Di Dadaku
 Ini film yang sangat lovable. Jarang-jarang ada film Indonesia yang penyampaiannya gak menggurui dan dialognya gak kesinetron-sinetronan meskipun udah bawa tema yang bagus. Tapi tetep aneh ngeliatin si kakek nyuruh cucunya les melukis dan drum dan gak bolehin sepak bola dengan alasan "itu gak menjamin masa depan kamu". Huwooo, kalo menurut saya melukis dan jadi drummer itu posisinya setara lo kek dalam hal ketidakpastian masa depan, main bola masi mending dah, bisa nyambi ngartis pula. Saran temen saya, coba premis filmnya diubah menjadi si kakek memaksa cucunya sekolah kedinasan dan menjadi PNS, lebih real sepertinya.

7. Whip It
Hey, who knows that a movie as cute as this one is directed by Drew Barrymore? Another best coming-of-age flick of the year, dengan munculnya bintang tamu mas Landon Pigg yang luar biasa luncang sebagai pacar si tokoh utama. Agak berbau female empowerment kata orang, tapi peduli setan yak, orang-orang suka membeda-bedakan genre berdasarkan tema gender deh. Habis nonton film ini saya jadi pingin bisa main sepatu roda..kalo cuma gedebak gedebuk fisik mah saya natural, hihi.

8. Inglourious Basterds
Cerita apa yang kamu harap dari film yang spellingnya aja ngaco gini? Mereka menulis ulang sejarah dengan ngaco - Hitler seenaknya diledakkan di dalam gedung bioskop. Namun selain sutradara kenamaan semacam Tarantino, yang paling mencuri perhatian adalah Hans Landa (dan sampai sekarang si aktor selalu saya identifikasi dengan nama ini), the Jew Hunter nan bengis yang suka minum susu dan diperankan dengan amat sangat brilian sekali sampai kamu lupa kalau ada Brad Pitt di frame yang sama. Brad Pitt who?? I don't fancy him but I must say that he's so good at picking movies. Every film he's starred in is unbelievably brills.





























Selasa, 08 Desember 2009

THE DAMNED UNITED (2009)

Diposting oleh anindita di 16.50 4 komentar

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Sports

Saya suka sekali kalo ada acara festival film. Soalnya, you can find any interesting movies outside Hollywood, and just so you know I disrespect many of Hollywood movies nowadays because their lack of creativityI mean, they're monotonous.
Nah, waktu pertama denger Jiffest tahun ini (2009), langsung saya liat sinopsis-sinopsis film yang bakal ditayangkan. Daaan, I spotted my eyes on this movie, for one good reason that this one is about footballSo here we go, I'll tell you what it's like.

First thing first, The Damned United is a semi-fictionalized account of Brian Clough, the greatest British manager England national team NEVER had. Dan film ini bukan menceritakan soal kebesaran Mr. Clough. Film ini berpusat ke kehidupannya saat ditunjuk jadi pelatih Leeds United, klub nomor satu di Inggris saat itu, yang cuma berlangsung selama 44 hari.

Film dibuka dengan adegan konferensi pers tahun 1974 dimana Don Revie mengatakan bahwa ia akan menjadi pelatih timnas Inggris, meninggalkan klub yang sudah lama ia latih dan ia bentuk jadi tim superior di Inggris. Yeah, it's Leeds United. Terus berlanjut ke sebuah acara talkshow di televisi dimana Brian Clough (Michael Sheen) hadir dan menyatakan kesediaan dan rencana-rencananya sebagai pelatih Leeds yang baru. Cerita kemudian mundur ke six years earlier..saat itu Clough masih jadi pelatih rookie di Derby County, ditemani asisten manajer sekaligus sahabatnya, Peter Taylor (Timothy Spall; Peter Pettigrew, remember?). Ini bagian yang menarik, soalnya di sinilah kita tau awal dari kebencian Clough kepada Leeds dan pelatih Don Revie. Jadi waktu itu, Derby yang masi struggling di dasar klasemen divisi 2 (ato divisi 1 kalo pake sistem Liga Premier) dalam pengundian Piala FA dipertemukan dengan Leeds. Clough girang banget. Don Revie yang pelatih hebat rupanya satu kampung dengannya di Middlesborough. So, dia berupaya agar everything in Derby homebase is perfect. Mulai dari nyiramin rumput stadion, bersihin bak mandi, sampai menaruh jeruk di atas handuk kamar ganti (he did some of it himself).

Dan di hari H, rupanya Don Revie nyuekin dia. Revie bahkan gak datang ke ruang kerja Clough, as he expected. Bahkan sehabis pertandingan, Revie malah menyalami Peter Taylor, not him, meskipun pada saat itu si Clough memang sedang menyalakan rokok. Alhasil Clough jadi tersinggung berat, apalagi the whole world knows Don Revie adalah tipe manajer yang akan melacak betul-betul tim-tim yang akan mereka hadapi. Seterusnya, Clough mengejar apapun yang dilakukan Revie. He tried the best for his team, caranya melatih memaksimalkan gabung pemain-pemain muda yang relatively unknown, pemain senior, dan pemain veteran yang keliatan seperti diujung karir (does it remind you of Sir Alex?). Di film ini juga, pertandingan melawan Leeds diperlihatkan kurang lebih 4 kali. Ato lebih ya? Lupa juga. Well, ini buat nunjukin bahwa bagi Clough, ga ada yang lebih penting selain menang lawan Leeds. And it still reminds me of Sir Alex, yang di awal karirnya ngelatih MU cuma bertekad untuk menggeser dominasi Liverpool. That's exactly what Clough did, dan hasilnya Derby berhasil promosi ke divisi 1 sebagai juara divisi 2, lalu 2 musim berikutnya mereka menjuarainya!

Tapi kemudian, terjadi konflik antara Clough dengan dewan direksi klub. Ia lalu dipecat, dan during this time, he got offer from Leeds. Peter Taylor jelas gak setuju karena hal ini bertentangan dengan tekad mereka di awal. Tapi Clough gak peduli, he thought that this could be his chance to show them how good he is. Mereka bertengkar dan akhirnya berpisah sebagai partner.


You can conclude the rest then. Clough akhirnya melatih Leeds dan dia dipecat 44 hari kemudian. But the story is more enchanting than what I have told you. Seriously, if you are a football fan, you gotta watch this one. Last time I checked Rotten Tomatoes they rated this movie 91% certified fresh.
Well, I know there are some people talking about inaccurate history, but I'm just talking about their story telling and cinematography. One of the best football movie I've ever known - I don't like Goal trilogy if you ask.

Kamis, 06 November 2008

Seven Samurai (1954)

Diposting oleh anindita di 16.30 5 komentar

Rating:★★★★★
Category:Movies
Genre: Classics

What do you think of farmers? You think they're saints? Hah! They're foxy beasts! They say, "We've got no rice, we've no wheat. We've got nothing!" But they have! They have everything! Dig under the floors! Or search the barns! You'll find plenty! Beans, salt, rice, sake! Look in the valleys, they've got hidden warehouses! They pose as saints but are full of lies! If they smell a battle, they hunt the defeated! They're nothing but stingy, greedy, blubbering, foxy, and mean! God damn it all! But then who made them such beasts? You did! You samurai did it! You burn their villages! Destroy their farms! Steal their food! Force them to labour! Take their women! And kill them if they resist! So what should farmers do?


Pernah denger nama Akira Kurosawa? Dia adalah salah satu sutradara legendaris Jepang periode tahun 1940-1980an. Rasanya udah puluhan tahun saya nyari film-filmnya, dan akhirnya hari itu pun tiba! Saya dapat film ini!! Yaay! FYI, Seven Samurai ini salah satu masterpiece-nya selain Rashomon (1951), dan no wonder kalo saya begitu pengennya nonton film ini dan ternyata itu semua worth it

Ceritanya diawali dengan sekumpulan bandit berkuda yang baru aja menyerang dan menjarah hasil tani di sebuah desa. Mereka lalu mau nyerang desa lain di dekat situ, tapi si kepala bandit ngingetin kalo desa itu udah pernah mereka serang jadi sebaiknya mereka datang nanti begitu musim panen tiba. Percakapan itu didengar oleh salah satu penduduk desa tersebut, dan begitu dia nyampain ke penduduk desa lainnya, mereka semua jadi histeris. Akhirnya, ada yang ngusulin supaya mereka menghadap ke Grandad, tetua desa, untuk diberikan saran. Grandad pun ngasih ide supaya mereka menyewa samurai buat melindungi desa. Lebih jelasnya, karena mereka adalah desa miskin yang gak punya apa-apa buat dijadikan imbalan, misi mereka adalah 'mencari samurai lapar'.

Sampai di kota, gak gampang buat nemuin samurai yang semacam itu. Mereka lebih sering ditipu.. nawarin makanan enak tapi kemudian samurai-samurai itu pergi begitu saja. Keadaan tiga warga desa yang menjalani misi ini juga menyedihkan. Mereka membuat sepiring nasi lengkap untuk ditawarkan sementara sehari-hari mereka cuma makan millet (padi yah kayaknya) untuk diri sendiri. Sepuluh hari berlalu, mereka akhirnya berhasil mengajak samurai paruh baya bernama Kambei - meskipun Kambei dengan rendah hati berkata "saya belum pernah memenangkan pertempuran". Di sini Kambei memberitahu mereka kalau selain dirinya, desa itu juga memerlukan tambahan 6 samurai agar lebih optimal.

Berturut-turut setelah berpencar ke sekitar kota, mereka menemukan Gorobei, Shichiroji, Kyuzo, dan Heihachi. Orang keenam adalah Katsushiro, pria muda yang memohon agar bisa jadi murid Kambei. Orang ketujuh? Hmm, namanya Kikuchiyo, dan karakter Kikuchiyo yang diperankan dengan keren sekali oleh Toshiro Mifune inilah yang jadi daya tarik film ini. Seorang pria sembrono, sengak, dan bermulut kasar yang dengan caranya sendiri tau-tau berhasil menjadi anggota ketujuh.

Well, ketujuh orang inilah, dengan dipimpin Kambei menyusun strategi dan melatih penduduk desa untuk melindungi desa mereka. Adegan perangnya oke banget. Lebih keliat kayak film dokumenter ketimbang film fiksi kolosal. Saya jatuh cinta sama penyutradaraan Akira Kurosawa. Man, dia bener-bener jenius.. Film semacam ini benar-benar disutradarai oleh orang Asia pada tahun 1954! Dan satu lagi, buat Toshiro Mifune. Dia benar-benar menghidupkan karakter Kikuchiyo, mulai dari gesture dan cara bicaranya. Karakter orang seperti dia keliatannya udah agak pasaran sekarang, tapi entah deh jaman itu. Masih ada adegan romance di film ini, sederhana tapi bisa dirasakan vibe-nya. Cuman sekadar saling bertatapan, tapi terasa syahdu sekali.. film sekarang kalo belom cipokan sampe lemes belom puas kali.


Kelemahan film ini mungkin durasinya ya.. sekitar 3,5 jam lumayan bikin capek lah, apalagi gambarnya kurang mulus. Tapi buat penggemar film-film klasik, it's urgently recommended! Saya masi betah berkali-kali nonton film ini. I don't want to spoil the ending, but it's really touching my heart. Ending yang menekankan betapa luar biasanya makna sebuah perjuangan.
 

brisk swish and a new day Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos