Kamis, 20 Maret 2008

bahagia itu...

Diposting oleh anindita di 15.45 3 komentar
Beberapa hari yang lalu, saya telpon-telponan dengan seorang teman yg uda lama banget ga ketemu. Wah, asyik banget rasanya! Kami tukar-tukaran pengalaman, berbagi cerita, saling berbagi info tentang keadaan temen-temen yg laen, sampai bernostalgia mengenang masa muda kami dahulu kala (ceilah, tempo doeloe banget...) Dan di salah satu percakapan itu,  saya bertanya gini sama dia (sebut saja si X -bukan nama sebenarnya, Red.-):
"Jadi sekarang gimana? Kamu bahgia gak di sana?"
"Hmm.. gimana ya.. Bahgia tu kan ngelibatin perasaan, dan sejauh ini aku kok belum bisa aja gitu terlibat secara emosional dengan yogya.."
"Kok gitu? Jadi dengan alasan macam itu kamu mo bilang klo kamu gak bahgia di sana? Bahgia itu kamu ciptain dong, kamu rancang, bukan sekedar ditunggu sampe datang dengan sendirinya..."
"iya aku rancang.. aku ngusahain kok.. nah maksud aku, aku sedang dalam proses menuju ke sana, aku berusaha supaya aku bener-bener merasa home di sini.. tapi sampai detik ini, bagi aku itu belum cukup buat dibilang aku bener-bener uda merasa begitu.. setengah dari itu mungkin..."

Saya jadi bingung sendiri. Segitu sulitnya emang? Beberapa orang emang sih berpikir kalo kebahgiaan dia itu adalah di situasi seperti ‘ini’, misalnya. Lah, apa terus kalo situasi ‘itu’ terjadi dia gak akan bahgia, ato malah gak akan pernah merasa bahgia? Yah, oke, saya juga begitu sih. Terkadang kita emang klo uda pernah ngrasain suatu titik tertentu yang bener-bener luar biasa bagi kita, seterusnya cuma titik itu yang kita anggap perfect, dan kita melewatkan titik-titik lain sepanjang perjalanan kita. Tapi emang pada dasarnya, cara pandang saya dan si X juga lumayan beda banget. Si X bilang saya kadang terlalu target-oriented dan itulah yang bikin kehidupan saya jadi terlihat lebih complicated kadang-kadang. Dia beralasan gini, manusia itu gak akan pernah merasa puas. Mereka pasti akan merasa selalu ada yang kurang, dan bakal bikin target-target baru begitu target sebelumnya tercapai atau meleset. Kalo gitu terus, kapan kamu akan bener-bener sampe pada 'kebahgiaan'? Rangkaian tersebut seperti sebuah garis lurus yang begitu dimulai, cuma garis maut yang bisa memotongnya. Skeptis banget. Dalam hal ini, emang cara pandang dia adalah hidup itu adalah proses menuju kebahgiaan, secara kasarnya lah. Saya setuju sih sama cara pikir dia, tapi sekali lagi justru itulah yang namanya 'hidup' bukan?

Saya gak bilang saya gak bahgia, bikin excuses buat nutupin rasa ketidakbahgiaan itu pun gak. Bahgia itu saya rasa seperti a big deal banget. Saya puas dengan keadaan saya, saya nikmatin setiap hal dalam hidup saya, saya berusaha keras untuk menjalani kewajiban-kewajiban saya, dan kalau ditanya apa saya bahgia, saya akan jawab: "bahgia itu adalah saat dimana kamu bisa nikmatin itu semua, gak terlena di dalamnya, dan tetap punya something to do pada akhirnya.." Cuman itu. Saya ga mau bilang 'saya bahgia, and now what? Saya kan uda bahgia..' Seolah-olah begitu saya merasa bahgia, itu semua selesai, ga ada lagi yang harus saya lakukan selain mempertahankan kebahgiaan tersebut. Itu salah besar. Bahgia bukan titik puncak atau titik akhir. Bahgia itu adalah sepanjang garis lurus tersebut.

Oke, terlepas dari itu semua, definisi kebahgiaan bagi tiap orang emang berbeda. Kalo saya sih, situasional lah istilahnya. Kebahgiaan versi saya waktu SD adalah waktu dapat salam tempel pas lebaran. Versi masa SMP-SMA saya, kebahgiaan itu kalo punya temen penyuka komik yang baik hati dan tidak pelit (dan saya memilikinya!) serta punya rapor dengan nilai yang tidak fluktuatif dan menampakkan dengan jelas kelebihan dan kekurangan saya (bayangkan kamu punya rapor yang di dalamnya berkumpul nilai 7-10). Masa kuliah saya definisi ini jadi lebih berbobot. Kebahgiaan adalah ketika saya bisa menghapal atau paling tidak, memahami dengan sempurna apa yang tertulis dalam diktat-diktat kuliah dan tersembur dari mulut dosen lalu menerjemahkannya dengan baik saat ujian, kemudian voila! Cum laude!
Lalu sekarang teman saya menanyakan apa makna kebahgiaan bagi saya. Itu jelas, bahgia itu adalah:
1.   Kalau *PM dan segala kelengkapannya yg saya buat berhasil jadi **2D
2.   Kalau ** **NS saya bisa diterbitkan pertengahan tahun 2008 ini
3.   Kalau eja bangkit dari kuburnya atau menjelma menjadi eja baru yg lebih revolusioner
4.   Kalau saya berhasil sembuh dari ADHD

Rabu, 05 Maret 2008

sky rink tragedy

Diposting oleh anindita di 15.13 0 komentar



pegel.. capek.. ngantuk.. sakit-sekit.. kram otot.. that's what's left of this tragedy...
 

brisk swish and a new day Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos