Kamis, 17 April 2008

Your biggest passion needs your biggest sacrifice...

Diposting oleh anindita di 18.05
 
Hari Minggu kemarin, saya pergi ke Gramedia Matraman. Begitu masuk, di dekat stan d’Crepes ada banner kecil warna ijo dan promotion desk yang sebenarnya ga terlalu hebat, biasa aja, tapi bagi beberapa orang termasuk saya, sangat eye-catching. Name it, itu adalah stan Greenpeace. Seorang cewek, one of the crews, hilir mudik di depan stan tersebut buat mempromosiin.. berusaha berbicara pada setiap orang yang lalu lalang.. dan saya berdiri di dekat situ.. terkesima..

Oh my God... it’s Greenpeace.. and they are in search of local supporters..

Saya yakin saya hampir lupa sepenuhnya apa cita-cita saya waktu kecil begitu bergabung dengan sekolah ke*****an ini. Dan saya yakin, bayangan masa kecil tersebut mungkin ga akan muncul lagi kalo saja saya gak melihat promotion desk Greenpeace tepat di hadapan saya saat itu—mengingat saya punya kecenderungan memory loss yang kadang short-term dan kadang long-term— Masa kecil saya yang suka naik-naik pohon, menjelajahi gunung-gunung di dekat perumahan yang sekarang pastinya sudah diratakan, bersepeda keliling kompleks, dan menelusuri sudut-sudut perumahan dengan berjalan kaki bukan cuma memorable, tapi juga punya pengaruh besar dalam hidup saya. Oke, cita-cita saya emang sering berubah-ubah, mulai dari jadi dokter hewan, detektif kriminal, sniper, physio, promotor musik, tapi gak ada satupun yang memancing keseriusan jangka panjang saya sampe suatu hari saya diberi tugas membuat poster bertema global warming oleh guru biologi SMA. Saya mulai mencari artikel-artikel, literatur, dan model-model gambar untuk mendukung penyelesaian tugas, dan di saat itu saya sadar, inilah bidang yang ingin saya tekuni.

Oke oke, beberapa orang pasti akan langsung mencolot. ”Kamu kan ga suka sayur, ris..”, ”Kamu kan ga tau tanaman, ris..”, ”Kamu kan emang dasarnya cuma bisa naek sepeda, ris..” Yeah, itu bener walopun stat pertama gugur karena saya cuma mau sayur berkuah bening dan stat kedua, orang tua saya suka tanaman sehingga saya merasa malas untuk ikut-ikutan. Tapi maksud saya, apa itu berkaitan? Rasa ketertarikan saya pada lingkungan bukan untuk nutupi tiga hal di atas tapi murni karena memang itu yang membangkitkan gairah hidup saya. Saya tertarik pada segala hal yang terkait dengan upaya-upaya menghentikan pemanasan global, saya tertarik untuk mengenalkan pada masyarakat mengenai kesehatan lingkungan, dan keinginan tersebut muncul begitu kuat. Waktu SPMB yang sebenarnya saya yakini pasti lulus—karena inceran saya cuma sebuah PTN lokal, ga dibolehin kuliah di luar—saya punya dua pilihan: Teknik Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat, dan lantaran ortu-lah saya akhirnya menaruh Kesmas di urutan pertama.

Yeah, saya lulus. Dan menyadari betapa effortless-nya saya untuk lulus, saya jadi menyesal kenapa teknik lingkungan ga ditaruh di urutan pertama. Tapi liat.. in what kind of world am I now? I am not into finance for sure, but i’m in. Saya lebih suka bekerja dengan alam, pressure-free, independen, tapi yang terjadi sekarang saya malah jadi budak, pemikir, sekaligus manajer. See? ini bahkan dunia yang sangat bertentangan dengan diri saya. Pastinya kalian melihat saya sebagai seorang loser yang gagal memperjuangkan keinginan terdalamnya, ato versi dramatisasi, impian masa kecilnya. Yap, saya gagal, dan rupanya saya bukan satu-satunya kok. Ada banyak remaja di sana yang bergabung di ’dunia’ ini tanpa melepaskan obsesi terhadap suatu hal yang telanjur jadi passion mereka. Lebih pas lagi, saya yakin di antara mereka juga ada yang berencana pensiun dini, lalu mulai meraih cita-cita utama, passion alami mereka masing-masing dengan ’hasil’ dari sini. Bukan berarti kerja jadi gak serius, tapi semua pasti percaya, your biggest passion needs your biggest sacrifice. Bekerja keras dan mengerahkan semaksimal mungkin kemampuan di pekerjaan yang menghasilkan-tapi-bukan-aku-banget cukup buat jadi big sacrifice to brand new relaxing future..  
Yeah yeah, memang ga ada kata terlambat buat sebuah cita-cita. Saya juga berencana begitu. Saya akan bertahan di ’dunia’ ini untuk 20-30 tahun mendatang, lalu pensiun dini, dan setelah itu, saya ingin kembali ke saat-saat itu.. kembali pada impian masa lalu saya dan menikmati masa tua saya dengan kegiatan yang benar-benar saya cintai.. Kembali pada passion saya yang selama ini cuma jalan setengah.. Hmm,, i smell the nice future..

2 komentar:

13th.BlackHell . on 17 April 2008 pukul 20.53 mengatakan...

beuwwhh.. ternyata kita ada kesamaan di cita-cita.. dulu pengen jd dokter (krn disuruh ortu..) kmudian setelah mengenal dunia kejahatan jd pengen jd sniper... trus stlh mengenal dunia cyber.. jd pengen beta-tester ato at least bekerja dlm game developer...
tapi... apa jd na saia???? saia di bid finance.. pdhl di SMA mengutuk dan selalu tidak peduli akan yg nama na "akuntansi".. tapi.. knapa malah hal itu yg nemuin saia.... hiks.. sepertinya sia-sia melepas ilmu komputer USU...
bener banget.. cuma pengen nyari modal di 'dunia' ney.. setelah itu.. saia akan mencoba menghidupkan cita2 berkecimpung di dunia cyber...
[menatap ke depan dengan mengepalkan tangan sambil teriak : Liat aja ntar!!]

-AnakMudaJamanSekarang- . on 18 April 2008 pukul 09.47 mengatakan...

ugh... tp untuk saya keliatannya cita2 itu memang harus dilupakan. soalnya cita2 saya itu sudah saya susun sedemikian hingga dan memang seharusnya dimulai selagi muda.
ah, sudahlah.
kita masih harus tetep move on bukan?

Posting Komentar

 

brisk swish and a new day Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos